Monday 10 March 2014

Akar Kata

     Jikalau kita memperhatikan lagi dengan teliti akan bentuk-bentuk kata dasar, tampaklah bahwa ada banyak kata yang memiliki bagian yang sama. Seorang ahli bahasa Austria, Renward Brandstetter, telah mencurahkan minatnya dalam hal ini. Ia akhirnya sampai pada simpulan bahwa kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dalam sejarah pertumbuhannya pernah terbentuk dari suatu unsur yang lebih kecil yang disebut akar kata. Kata-kata seperti bukit, rakit, bangkit, ungkit, dll. dapat dipulangkan kepada suatu unsur dasar yaitu kit.
     Demikianlah dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam akar kata seperti:
tun : tuntun, santun, pantun, lantun
tas : batas, atas, pentas, retas, tetas, utas, pantas
lut : kalut, balut, belut, pulut
lit : lilit, belit, sulit

Kata Depan "dari" dan "daripada"

Kata "dari"  

    Kata   dari  dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul).
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. Pak Yudi berangkat dari Padang pukul  7.30.
2. Perhiasan Bu Mora terbuat dari emas murni.

Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan pemakaian kata dari yang tidak benar.
1. Anggota DPRD dari Bengkalis mengadakan kunjungan ke daerah Gunung Pangilun.
2. Anak dari tetangga Pak Salman telah meninggal dunia.

Kata "daripada"

     Kata daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya.
Perhatikan contoh:
1. Orang Batak lebih  sukar dipahami daripada orang Minang.
2. Orang beriman lebih baik daripada orang ingkar.

Berikut contoh-contoh pemakaian kata daripada yang tidak benar.
1. Para pejabat itu semestinya tahu bahwa kepentingan daripada rakyat adalah yang utama.
2. Sejarah daripada perjuangan bangsa ini telah membuktikan bahwa imanlah sumber inspirasi dan motivasi
    yang paling kuat.

Dikutip dengan penyesuaian dari buku Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Sabarti Akhaidah, dkk.

Penegrtian Majas

Dalam penggunaan bahasa, untuk berbagai keperluan, baik lisan maupun tulisan, baik resmi maupun tidak resmi, kita sering menggunakan atau menemukan penggunaan majas. Penggunaan majas tersebut salah satunya untuk mengungkapkan suatu maksud.Untuk mempermudah pemahaman Anda, di bawah ini akan diuraikan macam-macam majas, sebagai berikut.

1. Litotes
Majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya.
Contoh:
a. Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
b. Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada artinya sama sekali bagimu.

2. Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya.
Contoh:
a. Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaan yang berlimpah-limpah.
b. Dina merasa kesepian di tengah-tengah keramaian kota.

3. Pleonasme
Majas ini mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan.
Contoh:
a. Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
b. Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.

4. Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi
pola yang berlaku.
Contoh:
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau
tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis ... .

5. Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh:
Pena lebih berbahaya dari pedang.

6. Persamaan atau simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Contoh:
a. Kikirnya seperti kepiting batu.
b. Mukanya merah laksana kepiting rebus.

7. Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah metafora dibatasi oleh sebuah konteks.
Contoh:
Perahu itu menggergaji ombak.

8. Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia
Contoh:
a. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
b. Kata-katanya tajam seperti mata pisau.

9. Ironi atau sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh:
a. Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b. Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas.

10. Sinisme
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

11. Sarkasme
Majas ini lebih kasar dari ironi dan sinisme. Majas sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Contoh:
a. Mulut harimau kau!
b. Lihat sang Raksasa itu! (maksudnya si Cebol)

12. Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem
pro parte).
Contoh:
a. Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00 (pars pro toto).
b. Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan Indonesia (totem pro parte).

13. Hiperbola
Majas yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh:
a. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak kepalaku.
b. Sudilah tuan mampir di gubuk sederhana saya.

14. Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus.
Contoh:
a. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyesuaian harga BBM. (kenaikan harga).
b. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya. (mem-PHK).

15. Litotes
Majas yang menyatakan sesuatu lebih rendah dengan keadaan sebenarnya.
Contoh: Apalah artinya saya ini, sedikit yang bisa saya sumbangkan bagi generasi bangsaku.

16. Retoris
Majas ini berupa pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh:
Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku, dan budaya, mengapa hendak diseragamkan