Tuesday 25 December 2012

TATA BAHASA GENERATIF TRANSFORMASIO

BAB I
PENDAHULUAN        

1.      Latar Belakang
Sebagai alat komunikasi bahasa adalah suatu system yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Yang dimaksud dengan sistemis adalah bahasa itu bukan suatu system tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem, yaitu, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantic.
2.      Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan kami bahas pada makalah ini antara lain  :
a.       Tatabahasa Transformasi
b.      Tatabahasa Semantic Generatif
c.       Tatabahasa Kasus
d.      Tatabahasa Relasional
3.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyususnan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk memahami Tatabahasa Transformasi
b.      Untuk memahami Tatabahasa Semantic Generatif
c.       Untuk memahami Kasus
d.      Untuk memahami Relasional

BAB II
LINGUISTIC TRANSFORMASIONAL

Devinisi Linguistic Transformasional
Linguitik merupakan ilmu yang bersifat dinamis, berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Begitulah, linguistic structural lahir karena tidak puas dengan pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistic tradisional dalam menganalisis bahasa. Sekian puluh tahun linguistic structural digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa, walau modal structural itu tidak hanya satu macam. Kemudian orang pun merasa bahwa model structural juga banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba untuk mevariasi model tersebut, sehingga lahilah aliran lain yang agak berbeda, meski masih banyak persamaannya, dengan model structural semula. Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistic Transformasional yang mempunyai pendekatan dengan cara yang berbeda dengan cara yang berbeda dengan linguistic structural. Namun, kemudian model transformasi ini pun dirasakan orangt banyak kelemahannya, sehingga orang membuat model lain yang dianggap lebih baik, misalnya model semantic generative, model tatabahasa kasus, model tatabahasa relasional, dan model tatabahasa stratifikasi.
1.      Tatabahasa Transformasi
Menurut Noam Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tatabahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dikatakan sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Maka, kalau begitu, tugas tatabahasa haruslah dapat menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas. Setiap tatabahasa dari suatu bahasa , menurut Chomsky, adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tatabahasa itu harus memenuhi  dua syarat sebagai berikut :
a.       Kalimat yang dihasilkan oleh tatabahasa itu harus dapat bisa diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
b.      Tatabahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilahyang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja , dan semuanya iini harus sejajar dengan teori linguistic tertentu.
Sejalan dengan konsep language dan parole dari de Sausure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (Competence) dan perbuatan berbahasa (Performance). Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya, sedanglan perbuatan bahasa adalah pemakai bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam tatabahasa generative ini, maka yang menjadi objeknya adalah kemampuan ini, meskipun perbuatan berbahasa juga penting; dan yang perlu menarik bagi seorang peneliti bahasa adalah system kaidah yang dipakai si pembicara untuk membiat kalimat yang diucapkannya. Jadi, tatabahasa bharus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian besar belum pernah didengarnya. Pada dasarnya setiap kita mengucapkan satu kalimat, kita telah membuat kalimat baru, yang berbeda dari sekian banyak kalimat yang pernah kita ucapkan atau tuliskan. Kemampuan seperti ini, yakni, mampu membuat kalimat-kalimat baru disebut “Aspek Kreatif Berbahasa”. Dengan kata lain, menurut aliran ini, sebuah tatabahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tetentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Sebagai contoh seseorang yang telah menguasai perkalian 0 – 9 tentu akan mampu mengalikan perkalian itu walaupun angka perkaliannya lebih dari satu. Kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang benar bukanlah karena dia telah pernah melihat atau melakukan perkalian tersebut, tetapikarena kaidah perkalian 0 – 9 yang telah dikuasainya.
Lahirnya tatabahasa transformasio bersamaan dengan terbitnya buku “Syntactic Structure “ pada tahub 1957. Teori yang dikemukakan dalam buku tersebut sering disebut dengan nama”Tatabahasatransformasi Klasik”. Lebih jauh, Chomsky menjelaskan tiga komponen tatabahasa, komponen sintaksis, komponen semantic, dan komponen fonologis, yang ketiganya memiliki hubungan satu sama lainnya.  Yaitu hubungan input pada komponen semantic adalah output dari subkomponen fonologis merupakan output dari subkomponen sintaksis yang disebut subkomponen transformasi. Kompone sintalsis merupakan “sentral” dari tatabahasa karena komponen inilah yang menentukan arti kalimat dan komponen ini pula yang menggambarkan aspek kreatifitas bahasa.
Komponen semantic memberikan Interprestasi semantic pada deretan unsur yang dihasilkan oleh subkomponen dasar. Arti kalimat yang dihasilkan ditentuka oleh kalimat ini. Arti sebuah morfem dapat digambarkan dengan memberikan unsur makna atau cirri semantic yang membentuk morfem itu. Umpamanya, kalau kata “ayah” dan “ibu” kita bandingkan dengan kata “pensil” dan “kursi”, maka dapat kita lihat kata ayah dan ibu mempunyai ciri sematik/+makhluk/sedangkan kata pensil dan kursi tidak memiliki cirri itu, atau lazim sering disebut memiliki cirri semantic /-makhluk /. Oleh karena itu, kita dapat menerima kalimat
“ Ayah suka merokok” atau “ibu suka belanja di pasar” dan menolak kalimat
“pensil suka merokok” atau “kursi suka belanja di pasar”
Komponen fonologi memberikan interprestasi fonologi pada deretan unsure yang dihasilkan oleh kaidah trnsformasi. Dengan memakai kaidah fonologi deretan unsur tadu dapat diucapkan
Tidak sama dengan tatabahasa strukturalis yang berusaha mendeskripsikan cirri-ciri bahasa tertentu, maka tatabahasa transformasi (dan bersama tatabahasa tradisional), berusaha mendiskripsikan cirri-ciri kesemestaan bahasa.
2.      Tatabahasa Semantic Generatif
Beberapa murid Chomsky yang diantaranya adalah Postal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, mendirikan aliran sendiri yang kemudian disebut aliran semantic generative. Pendapat mereka berbeda dengan guru mereka. Semantic mempunyai eksistensi yang lain dari sintaksis, dan bahwa struktur batin tidak sama dengan struktur sintaksis. Menurut teori generatif semantic, struktur semantic dan struktur sintaksis besifat homogeny, dan untuk menghubungkan kedua struktur ini cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Tidak perlu dengan kaidah lain, yakni, kaidah sintaksis dasar, kaidah proyeksi, dan kaidah fonologi, seperti yang diajarkan Chomsky. Menurut semantic generative, sudah seharusnya semantic dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantic itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argument dalam suatu preposisi.
Menurut teori semantic generative, argumentasi adalah segala sesuatu yang dibicarakan : sedangkan predikat itu semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan, dan sebagainya. Jadi, dalam menganalisis sebuah kalimat, teori ini berusaha mengabstraksikan predikatnya dan menentukan argument-argumennya. Dalam mengabstraksikan predikat, teori berusaha untuk menguraikannyalebih jauh sampai diperoleh predikat yang tidak dapat diuraikan lagi, yang disebut predikat inti (Atimic Predicate). Sebagai contoh kata “membunuh” yang menyebabkan (X) menjadi mati (Y).

3.      Tatabahasa Kasus
Tatabahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya yang berjudul “The Case for Case” pada thun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal ini Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston.
Dalam karangannya yang terbit pada tahun 1968, Fillmore membagi kaliamat atas : (1) modalitas, yang bias berupa unsure negasi, kala, aspek, dan adverbial; dan (2) preposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.
Yang dimaksud kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argument dalam teori semantic generative. Hanya argument dalam teori ini diberi label kasus.
Dalam teori ini Fillmore tidak membatasi jumlah ksus, tetapi dalam versi 1971 dibatasi atas kasus agent, experience, object, means, source, goal, dan referential. Yang dimaksud dengan agent adalah pelaku perbuatan yang melakukan suatu perbuatann seperti makan, menendang, atau membawa. Yang dimaksud dengan experience adalah yang mengalami peristiwa psikologis, seperti saya, atau dia, dalam kalimat “saya tahu” dan “dia merasa takut”. Object adalah sesuatu yang dokenai perbuatan, atau yang mengalami suatu proses seperti bola, atau rumah dalam kalimat “Dika menendang bola” atau “Pak Lurah membangun rumah”. Yang dimaksud dengan source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah, seperti Bandung dalam kalimat “kemarin paman pulang dari Bandung”. Goal adalah keadaan, tempat atau waktu yang kemudian seperti guru dalam kalimat “Ibu Sari ternyata seorang guru”. Sedangkan referensial adalah acuan seperti husin dalam kalimat “Husin temanku”.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya persamaan antara teori semantic generatif dengan teori kasus, yaitu sama-sama menumpukan teorinya pada predikat atau verba.
4.      Tatabahasa Relasional
Tatabahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai reaksi tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori-teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tatabahasa transformasi. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain, David M. Perlmutter dan Paul M. Postal.
Sama halnya dengan tatabahasa transformasi, tatabahasa relasional juga berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini Tatabahasa Relasional (TR) banyak menyerang Tatabahasa Transformasi (TT), karena dianggap tida dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa inggris.
Sebagai contoh “saya diberi buku itu oleh Ali”. Jika dianalisis daris segi tatabahasa tarnsformasi, bentuk kalimat tersebut merupakan hasil dari macam transformasi yang dilakukan sercara berurutan, yaitu, transformasi datif, lalu transformasi pasif. Jadi keseluruhannya ada tiga bentuk atau kontruksi yang terlibat, yaitu, (a) kontruksi kalimat inti, (b) kontruksi kalimat hasil transformasi datif, (c) kalimat hasil transformasi pasif dari kontruksi datif. Menurut analisis tatabahasa relasional kalimat di atas juga mempunyai tiga tataran structural yang urut-urutannya juga sama dengan menurut teori tatabahasa transformasi di atas yaitu kalimat :
-          Ali memberi buku itu kepada saya
-          Ali member saya buku itu
-          Saya diberikan buku itu oleh Ali
Teori ini bukanlah teori terakhir dalam perkembangan linguistic, masih banyak lagi teori-teori lain yang dekemukakan oelh para ahli lain dalam bidangnya.

BAB III

Simpulan
             Dunia ilmu, termasuk linguistic, bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang dinamis; berkembang terus. Sekian puluh tahun linguistic structural digandrungi sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa, walau modal structural itu tidak tidak hany satu macam. Kemudian orang pun merasa bahwa model structural juga banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba untuk mevariasi model tersebut, sehingga lahilah aliran lain yang agak berbeda, meski masih banyak persamaannya, dengan model structural smula. Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistic Transformasional yang mempunyai pendekatan dengan cara yang berbeda dengan cara yang berbeda dengan linguistic structural. Namun, kemudian model transformasi ini pun dirasakan orangt banyak kelemahannya, sehingga orang membuat model lain yang dianggap lebih baik, misalnya model semantic generative, model tatabahasa kasus, moel tatabahasa relasional, dan model tatabahasa stratifikasi. 
1.      Tatabahasa Transformasi
            Menurut Noam Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tatabahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dikatakan sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Maka, kalau begitu, tugas tatabahasa haruslah dapat menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas.
2.      Tatabahasa Generatif Semantik
            Menurut teori generatif semantic, struktur semantic dan struktur sintaksis besifat homogeny, dan untuk menghubungkan kedua struktur ini cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Tidak perlu dengan kaidah lain, yakni, kaidah sintaksis dasar, kaidah proyeksi, dan kaidah fonologi, seperti yang diajarkan Chomsky.
3.      Tatabahasa Kasus
           Yang dimaksud kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argument dalam teori semantic generative. Hanya argument dalam teori ini diberi label kasus.

4.      Tatabahasa Relasional
           Sama halnya dengan tatabahasa transformasi, tatabahasa relasional juga berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini Tatabahasa Relasional (TR) banyak menyerang Tatabahasa Transformasi (TT), karena dianggap tida dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa inggris.
Saran
           Bahasa menunjukkan bangsa karena bahasa menunjukkan kepribadian. Dalam berkomunikasi berbicaralah dengan menggunakan diksi yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi saat belangsungnya komunikasi. Menghargai apa yang disampaikan orang lain adalah mutlak dibutuhkan dalam bekomunikasi dengan baik.

Daftar Pustaka                     
Ramlan, M. 1981. Ilmu Bahasa Indonesi: Sintaksis. Yogyakarta: UI karyono
Chaer, abdul. 2007. Linguistik Umum:Jakarta. Rineka Cipta