Ketika
cinta berkata dunia seolah tidak berada pada tempatnya, logika tidak lagi
bermain, hati lemah tanpa peran, semua menurut hasrat yang bergelora, menapaki
kenikmatan yang belum tentu arah kebenarannya. Kenepa manusia rela
diperbudaknya. Karena manusia tidak memiliki iman. Begitulah cinta yang kadang
membawa kenikmatan tapi sering membawa petaka. Tapi perlu diketahui tidak semua
cinta seperti itu.
Sebuah
kesalan besar ketika menusia tidak mampu memahami arti diciptakannya cinta,
makna cinta, maupun kenapa manusia harus bercinta. Sebuah kesalahan yang fatal
jika manusia menganggap cinta sebagai stasiunnya seksualitas.
Entah
apa yang mampu menggiring kedua manusia ini sehingga menyendiri berdua di alam
yang tiada manusia, mereka memadu kasih, saling berkasih-kasihan. Alangkah baiknya
mereka dengan saling memuji kecantikan dan ketampanan, kebaikan dan kelebihan,
kesetiaan dan kerinduan, tak ada yang terlontar jelek sehingga mereka berpisah.
Kelengketan demi kelengketan terus mereka bina.
“Gombal
kamu, say”
“Mau
bukti apa sehingga kamu percaya akan cintaku”
Kata-kata
tidaklah penting, sekarang kita nikmati malam yang indah ini. Percakapan mesra
sekawanan manusia bodoh yang tidak mau tahu kehidupan disekitarnya, mereka
terus dirasuki nafsu yang kian saat kian mejadi dewasa, selalu siap mengajari
apa arti kanikmatan cinta.
Memang
tiada larangan dan batasan dalam kehidupan cinta. Aku suka, kamu mau, kita
bersama-sama memadu kasih seperti yang dijanjikan cinta dalam lembaran-lembaran
kitabnya. Cinta, cinta, dan cinta selalu terucap diantara celah-celah bibir
berlapis lipstick merah hati.
“say,
apa kamu menyesal, punya kekasih seperti diriku?”
Sandiwara
yang seolah menjadi nyata, membuat nereka semakin buta.
“mungkin
kamu yang kecewa dengan diriku ini”
“ah,
bodohnya aku, kenapa kita tak kenal dari dulu”
Ternyata
ramuan si jaka mampu menidurkan akal sehat parti yang kian terbawa arus
hasratnya sendiri.
“jangan
terlalu banyak memuji”
“sumpah”
Itulah
senjata ampuh yang mampu meluluh lantakan iman seorang parti. Joko memang
pandai dalam mengambil hati siapa saja, bahkan seorang ustad pun mampu ia
kelabuhi dengan dandanannya ala santri kalongan. Pernah juga pak jaryo mantan
kades yang demi mencapai obsesinya menjadi orang kaya tergelincir oleh lidah si
joko, puluhan juta telah ia telan tanpa sepengatahuan pak Jariyo. Dengan
bermodal omongan ia menyakinkan pak jariyo bahwa bisnis pulsa yang sejenis MLM
akan membawa keuntungan yang besar bahkan nilai kerugiannya jauh lebih kecil.
Tapi memang kurangnya perhatian ortunya sehingga apa ia lakukan jauh diluar
harapan kedua ortunya.
Gelagat
joko kian lama kian menunjukkan gerakan yang di luar batas aturan, tangannya
mulai berani menggerayangi parti, hanya terdiam dengan memejamkan mata ia
melupakan segala hal yang membuatnya ragu akan kenikmatan ini.
“Tuhan.
Dosakah hambamu ini?”
“Sssst.
. . . . . . . . . .t. kita nikmati aja malam ini!”
“tapi
akau takut say”
“sama
siapa?”
“tidak,
ini salah”
Joko
sebenarnya sudah merasakan hal yang sama pada parti, hanya saja parti ingin
menunjukkan bahwa dirinya adalah gadis yang memiliki harga diri. Dengan sedikit
sentuhan parti mulai merasakan kesadarannya tidak lagi mampu menyadarkannya.
“Ah,
itu gak penting”.
kita
hiasi malam ini dengan melodi cinta.
Angin-angin
enggan berhenti bertiup, kelak akan menjadi saksi akan kebodohan manusia.
Hewan-hewan bertegur malu, hilangnya rasa kemanusiaan. Air-air hilir sebagai
ranjang hanya mampu menangis. Kenapa aku dilibatkan. Bintang-bintang tak lagi
mau menampakkan remang-remangnya. Takut. Telah rela membiarkan manusia
menikmati bara Jahanam.
Mentaripun
yang terpenjara di balik gunung ingin cepat-cepat terbebas, membakar kedua joli
yang pulas dengan selimut kebodohan.
“apa
yang telah kita lakukan?”
Menangis
tidak akan mampu mengembalikan apa yang telah terenggut. Menyesal hanya berada
di akhir cerita setelah semua menjadi bubur.
“aku
akan bertanggung jawab”
Tidak
semudah berkata, menempati janji sangatlah sulit. Parti berangsur tenang dari
keraguan dan penyesalan yang terus menggerayanginya. Janji Joko begitu manjur.
“kapan
akan menikahiku”
“Setelah
kita lulus nanti”
“gila
kamu. Apa nunggu anak ini lahir”
Kesadaran
sudah mulai menyelubungi benak sehat mereka, antara salah dan kenyataan, sulit
mereka mengambil kebijakan.
“say,
percayalah. Aku pasti akan menikahimu. Kamu kan tahu, kalau sampai sekolah tahu
kita pasti akan dikeluarkan”
“terus,
mau disembunyikan di mana perut ini?”
“bagaimana
kalau. . . . . . . . . . .”
“kamu
jangan tambah gila”
Setan
telah menertawakan mereka berdua. Manusia yang katanya memiliki akal budi dan
agama toh pada akhirnya jauh lebih rendah dari seorang Ifrit yang laknat.
Agama
memang tidak melarang cinta. Tapi perlu diwaspadai bahwa iblis dan sekutunya
tidak pernah membiarkan kaum manusia tenang mensyukuri karunia Tuhan. Tipu
muslihat mereka jauh melebihi logika manusia. Cinta adalah rasa yang mampu
membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik. Cinta adalah anugrah suci yang
hanya diturunkan kepada manusia untuk mengisi dunia ini dengan kasih dan
sayang.
Waspadalah.
Waspadalah. Kesalahan tidak hanya adanya niat si pelaku, tapi juga karena
adanya kesempatan. Waspadalah.
Sungguh
adalah manusia itu dalam kebodohan yang mendalam setelah apa yang ia lakukan
atas dasar kesadaran ia akhiri sendiri dengan penyesalan dan tangisan.
Semarang, 16 Januari 2010. (06.13 WIB)
Nur Kunaifi
No comments:
Post a Comment