Tuesday 16 April 2013

Semiotika Puisi "Sunyi"


    A.Puisi Sunyi

Kali ini mentari redup
tanpa nur menyinari ruh
shiloet kemerahan tak lagi menggores
birunya cakrawala

dan...
ketika angin menyapa
embun tlah hilang dalam genggaman daun

awan pun kelam
menahan tangis hujan

lihatlah kalbuku...
dapatkah kau lihat pelangi membelah bumi?
atau...
dapatkah kau dengar hempasan ombak
menggetarkan karang hati insan?

Sunyi...

kesemuanya tentang  sunyi

Sunyi kadang menjadi mentari
kadang menjadi syair
kadang menjadi gerak
kadang juga membekukan kalbu

Kali ini...
biarkan aku menyatu bersama alam
mewarnai hidup dengan hijaunya daun
membasahi kalbu dengan tetesan embun
dan...
menari bersama hembusan angin

Sunyi adalah resapan jiwa
yang semoga menuju Nur Illahi...


kiriman dari elang


Setiap puisi memiliki rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Untuk dapat melihat rahasia tersebut diperlukan penafsiran, banyak cara yang dapat dilakukan dalam menafsirkan puisi, tergantung pada masing-masing individu akan memulainya dari mana. Seperti dikatakan oleh Teeuw (1983: 14) bahwa seseorang akan mengupas puisi dapat dari mana saja. Tidak penting apakah mulai dari aspek makna, bahasa, struktur saja atau aspek manapun.
B.  Penanda Atau Signifier Utama
Penanda  atau signifier utamanya adalah  /kesemuanya tentang sunyi/. Puisi ini mengungkapkan tentang penghayatan  kehidupan seseorang yang  ingin mencapai ketegaran hidup, masalah yang dihadapai ingin dijadikan sebagai semangat. Penggunaan kata /kesemuanya tentang sunyi/, sunyi di sini bisa menunjukkan makna sunyi, kesendirian, kehampaan, tanpa adanya teman. Sedang /kesemuanya/ , si aku merasa hidupnya penuh dengan kesunyian atau kehampaan

BAIT I
Kata-kata Denotatif yang digunakan dalam bait ini adalah  /mentari/ /redup/ /nur/ /menyinari/ /ruh//shiloet/ /kemerahan/ /menggores/ /birunya/ /cakrawala/ . Adapun kata yang mengandung konotasi adalah /mentari//redup//nur//ruh//shiolet//menggores//cakrawala/
Kata /mentari/  merupakan simbol dari sumber kehidupan, atau kehidupan itu sendiri, apalagi  ketika dirangkai dengan /redup/ karena yang dimaksud disini bukanlah matahari waktu tenggelam atau magrib, melainkan sebuah symbol tentang kehidupan yang yang dialami si aku kini menjadi redup.
Nur = cahaya, penerang kehidupan atau hati nurani.
Ruh = nyawa, kehidupan seseorang
Shiolet = pancaran cahaya, atau bias cahaya
Menggores = bukan arti yang sebenarnya, karena tidaklah mungkin cakrawala mampu digores, ini merupakan makna dari mengalahkan, menutupi sesuatu.
Cakrawala = bermakna langit
Pada bait ini dapat dimaknai pada saat ini bagi si aku kehidupan telah meredup tanpa cahaya (nurani) yang menyinari, ibaratnya adalah sore yang tak mampu menjaga birunya langit sehingga datanglah malam yang gelap.

BAIT II
Yang termasuk kata denotasi adalah  :
/angin//menyapa //embun//hilang//genggaman//daun//awan//kelam//menehan//tangis//hujan/
Adapun yang menggunakan makna konotasi adalah
/menyapa//genggaman//daun//tangis/
/menyapa/= menyambangi, menghampiri, apalagi ketika bersanding dengan kata /angin/ tentunya memiliki arti menghampiri.
/Genggaman/= tak jauh beda dengan makna sebenarnya, hanya saja ketika disejajarkan dengan kata /daun/ maka maknanya tentunya berubah, yaitu didalam daun tersebut.
/tangis/ di sini bukan bermakna tangis selayaknya manusia karena awan tidak bias menangis, hanya sebuah ibarat tangis yang selalu meneteskan air mata. Jadi ketika dirangkai dengan /menahan/ maka berarti tidak jadi turun hujan. Ini adalah sebuah ibarat.
Pada bait ini si aku membuat ibarat pada kehidupannya selalu dalam kesendirian yang bagaikanembun dihempas angin, sehingga daun kembali kosong dari embun, seperti juga hujan yang tertahan di langit.

BAIT III
Kata yang termasuk denotasi adalah :
/Kalbuku//kau//pelangi//membelah//bumi//hempasan//ombak//menggetarkan/ /karang//hati//insan//sunyi/
Kata yang termasuk konotasi adalah :
-         /kau/ merupakan metofora dari orang yang diajak bicara oleh si aku
-         /Pelangi/ = berkonotasi dengan corak kehidupan yang beragam dan indah
-         /Membelah/ bukan makna sebenarnya karena disandingkan dengan kata /pelangi/ ini hany sebuah ibarat saja, garis pelangi seolah mampu membelah bumi.
-         /Menggetarkan/ juga memiliki makna yang sama yaitu sebuah pengibaratan ombak yang menghantam karang.
-         /sunyi/ = kehampaan hidup yang dirasakan oleh si aku
Pada bait III ini si aku lebih banyak membuat pertanyaan dengan ibarat yang justru tidak masuk akal, sebagai penanda bahwa seperti itulah kehidupannya yang sekarang

BAIT IV
Kata-kata yang diganakan dalam bentuk denotasi adalah /kesemuanya//tentang//sunyi//mentari//syair//gerak//membekukan//kalbu
Adapun kata-kata yang dipakai sebagai kata yang berkonotasi adalah :
-         /Sunyi/ = seperti yang telah disebutkan di awal, jika dihungkan dengan kata /kesemuanya tentang sunyi/ dapat dikonotasikan sebagai kehidupan si aku yang merupakn sebuah kesunyian, kesendirian, kekosongan akan arti sebuah hidup yang sejati.
-         /mentari/ merupakan konotasi dari sumber cahaya, kebahagiaan, pelipur dari kehampaan yang hidup, yang jika disambung dengan kata sebelumnya akan mempunyai konotasi yang dapat dimaknai bahwa terkadang kehampaan hidup menjadi penerang disaat tertentu.
-         /syair/ memiliki konotasi sebagai pelipur lara, karena pada dasarnya syair atau lagu merupakan seni untuk menghibur diri. Jadi ketika dirangkai dengan kata /kadang/ dan /menjadi/ memiliki makna sebagai pelipur.
-         /membekukan/ memiliki konotasi mematikan hati ketika dirangkai dengan /kalbu/
Pada bait ini si aku mendapat hikmah dari kehampaan hidup yag sedang dijalaninya, bahwa ternyata dibalik masalah, persoalan hidup terdapat hikmah yang justru tidak terduga-duga.

BAIT V
Kata-kata yang digunakan oleh penyair secara denotative pada bait ini adalah :
/kali//ini//biarkan//aku//menyatu//alam//mewarnai//hidup//hijaunya//daun/ /membasahi//kalbu//kalbu//tetesan//embun//menari//hembusan//angin//sunyi//resapan//jiwa//menuju//nur//ilahi/
Adapun yang dipakai penyair sebagai kata-kata yang berkonotasi adalah
-         /Menyatu/ dapat dikonotasikan bersatu, apalagi berjajar dengan /alam/ sehingga memilki makna sebuah penghayatan si aku dengan kehidupan yang sedang dihadapi.
-         /mewarnai/ dapat dikonotasikan sebagai memberi corak pada kehidupan terlebih ketika bersanding dengan kata /hidup///dengan//hijaunya//daun// yang bermakna ingin menjadikan masalah dalam hidupnya biar terus berjalan bersama dan menyatu bersama kehidupan ini tanpa harus memberontak.
-         /menari/ ketika dirangkai dengan /bersama//hembusan//angin/ maka maknanya berubah menjadi hilang, karena setiap benda yang menyatu dengan angin akan terbawa pergi atau hilang.
-         /Sunyi/ ketika dirangkai dengan /resapan//jiwa/ memilki makna konotasi sebagai hal yang kebalikan dari yang pertama yang sunyi selalu digambarkan sebagai kekosongan.
pada bait terakhir ini juga sama, hanya saja ternyata sunyi dapat menjadi peresap jiwa yang menjadi doa si aku semoga kesunyiaan ini dapat mendekatkannya kepada tuhannya.
C.   Interpretasi Tanda
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa makna yang diungkapkan penyair dalam puisi “sunyi” adalah manusia yang hidup selalu dalam masalah, kesendirian, kehampaan akan arti sebuah kehidupan yang diimpikannya. Tapi ternyata dibalik itu semua yang tidak seperti yang menjadi harapannya ternyata membawa hikmah tersendiri. 

Semarang, 8 Mei 2010

No comments:

Post a Comment