A.Puisi Sunyi
Kali ini mentari redup
tanpa nur menyinari ruh
shiloet kemerahan tak lagi menggores
birunya cakrawala
dan...
ketika angin menyapa
embun tlah hilang dalam genggaman daun
awan pun kelam
menahan tangis hujan
lihatlah kalbuku...
dapatkah kau lihat pelangi membelah bumi?
atau...
dapatkah kau dengar hempasan ombak
menggetarkan karang hati insan?
Sunyi...
kesemuanya tentang sunyi
Sunyi kadang menjadi mentari
kadang menjadi syair
kadang menjadi gerak
kadang juga membekukan kalbu
Kali ini mentari redup
tanpa nur menyinari ruh
shiloet kemerahan tak lagi menggores
birunya cakrawala
dan...
ketika angin menyapa
embun tlah hilang dalam genggaman daun
awan pun kelam
menahan tangis hujan
lihatlah kalbuku...
dapatkah kau lihat pelangi membelah bumi?
atau...
dapatkah kau dengar hempasan ombak
menggetarkan karang hati insan?
Sunyi...
kesemuanya tentang sunyi
Sunyi kadang menjadi mentari
kadang menjadi syair
kadang menjadi gerak
kadang juga membekukan kalbu
Kali ini...
biarkan aku menyatu bersama alam
mewarnai hidup dengan hijaunya daun
membasahi kalbu dengan tetesan embun
dan...
menari bersama hembusan angin
Sunyi adalah resapan jiwa
yang semoga menuju Nur Illahi...
kiriman dari elang
biarkan aku menyatu bersama alam
mewarnai hidup dengan hijaunya daun
membasahi kalbu dengan tetesan embun
dan...
menari bersama hembusan angin
Sunyi adalah resapan jiwa
yang semoga menuju Nur Illahi...
kiriman dari elang
Setiap puisi memiliki
rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Untuk dapat melihat rahasia tersebut
diperlukan penafsiran, banyak cara yang dapat dilakukan dalam menafsirkan
puisi, tergantung pada masing-masing individu akan memulainya dari mana.
Seperti dikatakan oleh Teeuw (1983: 14) bahwa seseorang akan mengupas puisi
dapat dari mana saja. Tidak penting apakah mulai dari aspek makna, bahasa,
struktur saja atau aspek manapun.
B. Penanda
Atau Signifier Utama
Penanda atau signifier utamanya adalah /kesemuanya tentang sunyi/. Puisi ini
mengungkapkan tentang penghayatan
kehidupan seseorang yang ingin
mencapai ketegaran hidup, masalah yang dihadapai ingin dijadikan sebagai
semangat. Penggunaan kata /kesemuanya tentang sunyi/, sunyi di sini bisa
menunjukkan makna sunyi, kesendirian, kehampaan, tanpa adanya teman. Sedang
/kesemuanya/ , si aku merasa hidupnya penuh dengan kesunyian atau kehampaan
BAIT
I
Kata-kata
Denotatif yang digunakan dalam bait ini adalah
/mentari/ /redup/ /nur/ /menyinari/ /ruh//shiloet/ /kemerahan/
/menggores/ /birunya/ /cakrawala/ . Adapun kata yang mengandung konotasi adalah
/mentari//redup//nur//ruh//shiolet//menggores//cakrawala/
Kata /mentari/ merupakan simbol dari sumber kehidupan, atau kehidupan
itu sendiri, apalagi ketika dirangkai
dengan /redup/ karena yang dimaksud disini bukanlah matahari waktu tenggelam
atau magrib, melainkan sebuah symbol tentang kehidupan yang yang dialami si aku
kini menjadi redup.
Nur = cahaya, penerang
kehidupan atau hati nurani.
Ruh = nyawa, kehidupan
seseorang
Shiolet = pancaran
cahaya, atau bias cahaya
Menggores = bukan arti
yang sebenarnya, karena tidaklah mungkin cakrawala mampu digores, ini merupakan
makna dari mengalahkan, menutupi sesuatu.
Cakrawala = bermakna
langit
Pada bait ini dapat
dimaknai pada saat ini bagi si aku kehidupan telah meredup tanpa cahaya
(nurani) yang menyinari, ibaratnya adalah sore yang tak mampu menjaga birunya
langit sehingga datanglah malam yang gelap.
BAIT
II
Yang
termasuk kata denotasi adalah :
/angin//menyapa
//embun//hilang//genggaman//daun//awan//kelam//menehan//tangis//hujan/
Adapun yang menggunakan
makna konotasi adalah
/menyapa//genggaman//daun//tangis/
/menyapa/= menyambangi,
menghampiri, apalagi ketika bersanding dengan kata /angin/ tentunya memiliki
arti menghampiri.
/Genggaman/= tak jauh
beda dengan makna sebenarnya, hanya saja ketika disejajarkan dengan kata /daun/
maka maknanya tentunya berubah, yaitu didalam daun tersebut.
/tangis/ di sini bukan
bermakna tangis selayaknya manusia karena awan tidak bias menangis, hanya
sebuah ibarat tangis yang selalu meneteskan air mata. Jadi ketika dirangkai
dengan /menahan/ maka berarti tidak jadi turun hujan. Ini adalah sebuah ibarat.
Pada bait ini si aku
membuat ibarat pada kehidupannya selalu dalam kesendirian yang bagaikanembun
dihempas angin, sehingga daun kembali kosong dari embun, seperti juga hujan
yang tertahan di langit.
BAIT
III
Kata
yang termasuk denotasi adalah :
/Kalbuku//kau//pelangi//membelah//bumi//hempasan//ombak//menggetarkan/
/karang//hati//insan//sunyi/
Kata yang termasuk
konotasi adalah :
-
/kau/ merupakan
metofora dari orang yang diajak bicara oleh si aku
-
/Pelangi/ =
berkonotasi dengan corak kehidupan yang beragam dan indah
-
/Membelah/ bukan
makna sebenarnya karena disandingkan dengan kata /pelangi/ ini hany sebuah
ibarat saja, garis pelangi seolah mampu membelah bumi.
-
/Menggetarkan/
juga memiliki makna yang sama yaitu sebuah pengibaratan ombak yang menghantam
karang.
-
/sunyi/ =
kehampaan hidup yang dirasakan oleh si aku
Pada
bait III ini si aku lebih banyak membuat pertanyaan dengan ibarat yang justru
tidak masuk akal, sebagai penanda bahwa seperti itulah kehidupannya yang
sekarang
BAIT
IV
Kata-kata
yang diganakan dalam bentuk denotasi adalah
/kesemuanya//tentang//sunyi//mentari//syair//gerak//membekukan//kalbu
Adapun
kata-kata yang dipakai sebagai kata yang berkonotasi adalah :
-
/Sunyi/ =
seperti yang telah disebutkan di awal, jika dihungkan dengan kata /kesemuanya
tentang sunyi/ dapat dikonotasikan sebagai kehidupan si aku yang merupakn
sebuah kesunyian, kesendirian, kekosongan akan arti sebuah hidup yang sejati.
-
/mentari/
merupakan konotasi dari sumber cahaya, kebahagiaan, pelipur dari kehampaan yang
hidup, yang jika disambung dengan kata sebelumnya akan mempunyai konotasi yang
dapat dimaknai bahwa terkadang kehampaan hidup menjadi penerang disaat
tertentu.
-
/syair/ memiliki
konotasi sebagai pelipur lara, karena pada dasarnya syair atau lagu merupakan
seni untuk menghibur diri. Jadi ketika dirangkai dengan kata /kadang/ dan
/menjadi/ memiliki makna sebagai pelipur.
-
/membekukan/
memiliki konotasi mematikan hati ketika dirangkai dengan /kalbu/
Pada
bait ini si aku mendapat hikmah dari kehampaan hidup yag sedang dijalaninya,
bahwa ternyata dibalik masalah, persoalan hidup terdapat hikmah yang justru
tidak terduga-duga.
BAIT
V
Kata-kata
yang digunakan oleh penyair secara denotative pada bait ini adalah :
/kali//ini//biarkan//aku//menyatu//alam//mewarnai//hidup//hijaunya//daun/
/membasahi//kalbu//kalbu//tetesan//embun//menari//hembusan//angin//sunyi//resapan//jiwa//menuju//nur//ilahi/
Adapun yang dipakai
penyair sebagai kata-kata yang berkonotasi adalah
-
/Menyatu/ dapat
dikonotasikan bersatu, apalagi berjajar dengan /alam/ sehingga memilki makna
sebuah penghayatan si aku dengan kehidupan yang sedang dihadapi.
-
/mewarnai/ dapat
dikonotasikan sebagai memberi corak pada kehidupan terlebih ketika bersanding
dengan kata /hidup///dengan//hijaunya//daun// yang bermakna ingin menjadikan
masalah dalam hidupnya biar terus berjalan bersama dan menyatu bersama
kehidupan ini tanpa harus memberontak.
-
/menari/ ketika
dirangkai dengan /bersama//hembusan//angin/ maka maknanya berubah menjadi hilang,
karena setiap benda yang menyatu dengan angin akan terbawa pergi atau hilang.
-
/Sunyi/ ketika
dirangkai dengan /resapan//jiwa/ memilki makna konotasi sebagai hal yang
kebalikan dari yang pertama yang sunyi selalu digambarkan sebagai kekosongan.
pada
bait terakhir ini juga sama, hanya saja ternyata sunyi dapat menjadi peresap
jiwa yang menjadi doa si aku semoga kesunyiaan ini dapat mendekatkannya kepada
tuhannya.
C. Interpretasi
Tanda
Dari uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa makna yang diungkapkan penyair dalam puisi “sunyi”
adalah manusia yang hidup selalu dalam masalah, kesendirian, kehampaan akan
arti sebuah kehidupan yang diimpikannya. Tapi ternyata dibalik itu semua yang
tidak seperti yang menjadi harapannya ternyata membawa hikmah tersendiri.
Semarang, 8 Mei
2010
No comments:
Post a Comment